Belajar Dari Covid-19, Saatnya Berubah Menjadi Guru Kreatif Dan Inovatif

Oleh: Laily Syaadah, S.Pd

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini cukup menarik. Peringatan tanpa upacara, tetapi  sungguh membawa makna. Hardiknas tahun ini menjadi makin dalam maknanya karena diperingati pada saat bulan suci Ramadhan, sekaligus di tengah pandemi Covid-19. Tema peringatan hari Pendidikan Nasional tahun 2020 pun  diambil dari kondisi yang sedang melanda negeri, “Belajar dari Covid-19”.

Memang Covid-19 membawa guru menjadi agen perubahan yang milenial, kreatif dan inovatif. Bagaimana tidak, yang biasanya pembelajaran secara langsung, sekarang berubah haluan menjadi pembelajaran tidak langsung. Dengan menggunakan aplikasi pembelajaran yang serta-merta harus dikuasai oleh seorang guru. Begitu banyak platform yang tersedia seperti Google Classroom, Schoology, Zenius, dan media interaktif di antaranya Google Meet, Webex, Zoom dan lain-lain.

Guru yang mampu menjadi agen perubahan, tentunya tidak pesimis dengan keadaan yang ada. Berusaha untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan untuk menjadi yang terdepan dalam mengusung perubahan.  Perubahan mindset bahwa guru adalah segalanya, tidak harus menjadi ukuran terus belajar. Ternyata saat ini peran guru tidak hanya sebagai satu-satunya sumber untuk pengetahuan. Guru dituntut untuk menjadi fasilitator. Mendampingi dan mengarahkan agar pengalaman belajar yang didapatkan siswa menjadi lebih bermutu.

Bagaimana caranya menjadi guru yang bermutu. Salah satunya adalah menguasai teknologi dan menguasai pembelajaran daring. Pada saat ini banyak pelatihan-pelatihan daring yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga formal seperti LP3TK KPTK Kemdikbud, Webinar oleh Refo Indonesia kerjasama dengan GEG dan Kemdikbud. Juga ada dari lembaga-lembaga keprofesian guru, dan banyak lainnnya. Sekarang adalah waktunya untuk berubah. Berubah menjadi guru yang milenieal, kreatif dan inovatif.

Di tengah cercaan bahwa siswa diliburkan dan guru menerima gaji buta, yang terasa menusuk perasaan di dada. Kita para guru telah berusaha untuk menyajikan pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa walau seadanya. Di tengah hujatan bahwa guru tidak profesional alias gagap teknologi.  Menurut Pengamat Pendidikan  Indra Charismiadji 97,5 persen guru gagap teknologi. Sarannya, Mendikbud harus tahu cara membuat sistem pendidikan yang mampu memahami AI (Artificial Intelegence) disrupsi pada revolusi 4.0 pembelajaran digital.

Walaupun demikian peran guru tidak akan pernah tergantikan walaupun ada sarana prasarana dan jaringan yang lancar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik (dengan teladannya), mengajar (dengan ilmunya), membimbing (dengan hatinya), mengarahkan (dengan ketulusannya), melatih (dengan keterampilannya), serta menilai (dengan keobyektifannya) dan mengevaluasi (dengan kebijaksanaannya).

Hanya ada dua tugas guru yang bersifat keilmuan/pengetahuan. Sedangkan lima tugas yang lain sangat terkait erat dengan moral dan kepribadian guru, seperti mendidik, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi. Kelima tugas ini tidak akan bisa ditunaikan dengan baik oleh guru seandainya ia tidak memiliki moral kepribadian yang matang, dan karakter yang unggul serta mampu menjadi teladan.

Kehadiran guru tetap dibutuhkan oleh murid-muridnya. Senyumnya, sapanya, sentuhannya, nasehatnya, tegurannya, bahkan marahnya dirindukan oleh mereka. Sosok guru tetap dirindukan oleh muridnya. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahman dan RahimNya kepada seluruh guru yang sedang mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa. Dan semoga keadaan seperti ini cepat berlalu.

Mari berkarya. Dan jadilah guru penggerak yang memimpin perubahan dan memajukan pendidikan. Selamat hari Pendidikan Nasional. Selamat Hari Guru.